Senin, 17 Januari 2011

Kenapa Nabi Khidir berumur panjang?

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Kisah bermula dari Raja Iskandar Zulkarnain yang di benua barat disebut The Great Alexander (Iskandar yang Agung). Sebutan The Great diberikan kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena beliau adalah seorang Kaisar (maharaja) yang mampu menaklukkan dunia belahan barat dan timur. Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada jamannya. Namun beliau tetap tidak sombong dan selalu beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Pada tahun 322 SM, Iskandar Zulkarnain berjalan diatas bumi menuju ke tepi bumi. Tepi bumi ini sebutan orang pada jaman itu, sebelum Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492, pada saat itu anggapan semua orang bahwa bumi ini tidak bulat.
Iskandar Zulkarnain menuju tepi bumi tersebut ditemani oleh seorang Malaikat yang bernama Rafa’il, atas perintah dari Allah swt.

Ditengah perjalanan, mereka berbincang dan Raja Iskandar Zulkarnain bertanya kepada Malaikat Rafa’il, “Wahai Malaikat Rafa’il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit?!”

Malaikat Rafa’il menjawab, “Ibadah para malaikat di langit diantaranya ada yang berdiri terus-menerus tidak mengangkat kepalanya, ada yang sujud tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya”.

Mendengar keterangan itu, Iskandar Zulkarnain tercengang dan tercenung, dalam benaknya timbul keinginan bisa melakukan hal yang sama seperti para malaikat, niatnya hanya satu agar dapat beribadat kepada Allah selama-lamanya.

Kemudian raja Iskandar berkata, “alangkah senangnya seandainya aku bisa hidup bertahun-tahun dalam beribadat kepada Allah”.

Lalu Malaikat Rafa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi, namanya Ainul Hayat yang artinya Sumber Air Hidup, maka barangsiapa yang meminumnya seteguk, maka orang itu tidak akan mati sampai hari kiamat atau sampai dia memohon sendiri buat kematiannya kepada Allah swt”.

Kemudian Raja bertanya lagi, “Wahai Malaikat Rafa’il, apakah anda tahu dimana gerangan keberadaan Ainul Hayat tersebut?”.

Malaikat Rafa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di bagian bumi yang gelap”.
Kenapa Nabi Khidir berumur panjang
"ini hanya sebuah gambaran, bukan keadaan aslinya"

Setelah Raja mendengar keterangan tersebut, segera Raja mengumpulkan para ‘Alim Ulama pada jaman itu untuk mendiskusikan tentang keberadaan Ainul Hayat. Sehingga salah seorang dari ‘alim ulama itu pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah membaca didalam wasiatnya Nabi Adam as, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap”.

“Dimanakah tempat bumi gelap itu?” tanya Raja Iskandar Zulkarnain.

‘Alim Ulama itu pun menjawab, “yaitu ditempat keluarnya matahari”.

Kemudian Raja Iskandar pun bersiap-siap untuk mendatangi tempat tersebut dengan menyiapkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan karena kuda betina perawan adalah jenis kuda yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap. Lalu Raja memilih diantara tentaranya dengan membawa 6.000 orang tentara terpilih yang cendekiawan dan ahli mencambuk, yang salah seorang diantara tentara-tentara tersebut adalah Nabi Khidir as yang pada saat itu menjabat sebagai perdana menteri.

Kemudian berjalanlah mereka dengan Nabi Khidir as berjalan di depan pasukan-pasukannya sebagai pimpinan rombongan besar.

Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah, bahwa Nabi Khidir as adalah anak dari bibi Raja Iskandar Zulkarnain.

Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam perjalanan bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bahkan seperti gelapnya waktu malam.

Kemudian seorang tentara yang cendekiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap tersebut dan tentara-tentaranya berkata pula kepada Raja, “Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini, karena tempat ini adalah sangat berbahaya sekali”.

Raja pun berkata, “Namun, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak!!”.
Kemudian ketika Raja hendak masuk ke area gelap itu, maka mereka semua membiarkannya. Siapakah yang berani membantah perintah maharaja yang disegani di dunia barat dan timur.

Kemudian Raja memberikan perintah penting kepada seluruh tentara pengikutnya, “Diamlah dan tunggulah kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa kembali datang kepada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan kesetiaan kalian termasuk baik dan mendapat pahala dari Allah swt dan jika aku tidak bisa kembali datang sampai 12 tahun kemudian, maka pulanglah kembali ke negeri kalian!”.

Sebelum memasuki tempat yang gelap tersebut, kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rafa’il, “Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita dibelakang sana?”.
“Tidak bisa kelihatan”, jawab Malaikat Rafa’il, “akan tetapi aku memberimu sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan-kawan anda akan mengetahui bahwa anda tersesat di dalam tempat gelap tersebut”.

Kemudian Raja Iskandar Zulkarnain mulai memasuki area gelap tersebut dengan memerintahkan Nabi Khidir as untuk menemaninya bersama beberapa tentara yang ikut masuk dan yang lainnya lagi menunggu di tepi luar area gelap tersebut.

Pada saat mereka berjalan pada tempat gelap tersebut, maka Allah memberi wahyu kepada Nabi Khidir : “Wahai Khidir, bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu letaknya berada disebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu!”.

Setelah Nabi Khidir menerima wahyu Allah tersebut, maka beliau berkata kepada pasukannya, “berhentilah kalian di tempat ini dan janganlah kalian meninggalkan tempat ini sebelum aku datang kembali kesini !”.

Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang menjadi misteri itu. Kemudian Nabi Khidir as turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (Sumber Air Hidup) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air hidup tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu.

Setelah beliau mandi dan meminum Ainul Hayat tersebut kemudian beliau keluar dan segera menemui Raja Iskandar Zulkarnain yang pada saat itu Raja tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi terhadap Nabi Khidir as.

Demikianlah sesungguhnya yang bermaksud mencari Ainul Hayat adalah Raja Iskandar Zulkarnain, namun Allah berkehendak lain, karena yang mendapat anugerah untuk hidup selamanya adalah Nabi Khidir as.

Dan Raja Iskandar Zulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap tersebut selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja bumi tiba-tiba berwarna merah dan terdengar suara gemericik dibawah kaki kuda.

Tanya Raja kepada Malaikat Rafa’il, “suara apakah ini yang bergemericik dibawah kaki kuda?”.

Malaikat Rafa’il menjawab, “Gemericik ini adalah suara benda-benda, apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga”.

Suara gemericik itu membuat orang-orang termasuk Raja menjadi penasaran, benda-benda tersebut tidak bisa terlihat karena gelapnya tempat tersebut. Namun semua orang ragu-ragu dalam menentukan sikap, mengambil benda-benda itu atau tidak?
Kemudian sebagian pasukan ada yang mengambil benda-benda itu namun hanya sedikit dan sebagian yang lain tidak ikut mengambil benda-benda tersebut. Setelah mereka keluar dari tempat gelap tersebut, ternyata benda-benda tersebut adalah permata yaqut yang berwarna merah dan zamrud yang berwarna hijau. Maka menyesallah pasukan yang mengambil benda-benda itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan yang tidak mengambilnya, pasti lebih menyesal lagi, kenapa mereka bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.

Demikianlah kisah Nabi Khidir bisa berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir bisa berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa as, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dan bahkan pernah berguru ilmu fiqih kepada Imam Abu Hanifah.

Setelah berguru kepada Imam Abu Hanifah, beliau mengajarkan ilmunya kepada Abul Qasim Al Qusyairi, sang jenius yang pernah menulis seribu kitab.

Sumber : Kumpulan Kisah Nabi Khidir oleh MB. Rahimsyah.

Selasa, 11 Januari 2011

Siapakah sesungguhnya Kanjeng Ratu Kidul itu?

Siapakah sesungguhnya Kanjeng Ratu Kidul itu? Benarkah ada dalam kesungguhannya, ataukah hanya dikenal dalam dongeng saja?


Pertanyaan ini pantas timbul, karena Kanjeng Ratu Kidul termasuk makhluk halus. Hidupnya di alam limunan (gaib), dansukar untuk dibuktikan dengan nyata. Pada umumnya oarang mengenalnya hanya dari tutur kata dan dari semua cerita atau kata orang ini, orang itu, bila dikumpulkan akan menjadi seperti berikut:

Menurut cerita umum, Kanjeng Ratu Kidul pada mudanya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari Pajajaran, anak Prabu Mundhingsari, dari istrinya yang bernama Dewi Sarwedi, cucu Sang Hyang Saranadi, cicit Raja siluman di Sigaluh.

Sang putri melarikan diri dari keraton dan bertapa di gunung Kombang. Selama bertapa ini sering nampak kekuatan gaibnya, dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Sang putri wadat (tidak bersuami) dan menjadi ratu diantara makhluk halus seluruh pulau jawa. Istananya didasar samudra indonesia. Tidaklah mengherankan, karena sang putri memang mempunyai darah keturunan dari makhluk halus.

Diceritakan selanjutnya, bahwa setelah menjadi raru sang putri lalu mendapat julukan Kanjeng Ratu Kidul Kencanasari. Ada juga sementara orang yang menyebut Nyai Lara Kidul (di keraton surakarta sebutan Nyai Lara Kidul adalah untuk patihnya, bukan untuk Kanjeng Ratu Kidul sendiri). Malahan ada juga yang menyebutnya Nyira Kidul. Dan yang menyimpang lagi adalah: Bok Lara Mas Ratu Kidul. Kata “Lara” berasal dari “Rara”, yang berarti perawan (tidak kawin).

Dikisahkan, bahwa Dewi Retna Suwida yang cantiknya tanpa tanding itu menderita sakit budhug (lepra). Utuk mengobatinya harus mandi dan merendam diri didalam suatu telaga, di pinggir samudra. Konon pada suatu hari, tatkala akan membersihkan muka sang putri melihat bayangan mukanya di permukaan air. Terkejut karena melihat mukanya yang sudah rusak, sang putri lalu terjun kelaut dan tidak kembali lagi ke daratan, dan hilanglah sifat kemanusiaannya serta menjadi makhluk halus.

Ceritaa lain lagi menyebutkan bahwa sementara orang ada yang menamakannya Kanjeng Ratu Angin-angin. Sepanjang penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul tidaklah hanya menjadi ratu makhluk halus saja melainkan juga menjadi pujaan penduduk daerah pesisir pantai selatan, mulai darah Jogjakarta sampai dengan Banyuwangi.

Camat desa Paga menerangkan bahwa daerah pesisirnya mempunyai adat bersesaji ke samudra selatan untuk Nyi Rara Kidul. Sesajinya diatur didalam rumah kecil yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut (sanggar). Juga pesisir selatan Lumajang setiap tahun mengadakan korban kambing untuknya dan orang pun banyak sekali yang datang.

Mr Welter, seorang warga belanda yang dahulu menjadi Wakil ketua Raad van Indie, menerangkan bahwa tatkala ia masih menjadi kontrolir di Kepanjen, pernah melihat upacara sesaji tahunan di Ngliyep, salah satu pesisir pantai selatan, Jawa timur, yang khusus diadakan untuk Nyai rara kidul. Ditunjukkannya gambar sebuah rumah kecil dengan bilik di dalamnya berisi tempat peraduan dengan sesaji punjungan untuk Nyai Rara Kidul.

Seorang perwira ALRI yang sering mengadakan latihan didaerah ngliyep menerangkan bahwa di pulau kecil sebelah timur ngliyep memang masih terdapat sebuah rumah kecil, tetapi kosong saja sekarang. Apakah rumah ini terlukis gambar Tuan Welter, belumlah dapat dipastikan.

Pengalaman seorang kenalan dari Malang menyebutkan bahwa pada tajun 1955 pernah ada serombongan oran-orang yang nenepi (pergi ke tempat-tempat sepi dan keramat) dipulau karang kecil, sebelah timur Ngliyep.

Seorang diantara mereka adalah gurunya. Dengan cara tanpa busana mereka bersemadi disitu. Apa yang kemudian terjadi ialah, bahwa sang guru mendapat kemben, tanpa diketahui dari siapa asalnya. Yang dapat diceritakannya ialah bahwa ia merasa melihat sebuah rumah emas yang lampunya bersinar-sinar terang sekali.

Dipacitan ada kepercayaan larangan untuk memakai pakaian berwarna hijau gadung (hijau lembayung), yang erat hubungannya dengan Nyai Rara Kidul. Bila ini dilanggar orang akan mendapat bencana. Ini di buktikan denga terjadinya suatu malapetaka yang menimpa suami-istri bangsa belanda beserta dua orang anaknya. Mereka bukan saja tidak percaya pada larangan tersebut, bahkan mengejek dan mencemoohkannya. Pergilah mereka kepantai dengan berpakaian serba hijau. Terjadilah sesuatu yang mengejutkan, karena tiba-tiba ombak besar datang dan dan kembalinya kelaut sambil menyambar keempat orang belanda tersebut.

Artikel 2

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.

Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.

Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.

Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda

Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.

Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta

Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?

Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.

Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.

Minggu, 19 Desember 2010

Misteri Tembok Ya'juj dan Ma'juj

Misteri Letak Penjara Ya-juj dan Ma-juj

QS. Al-Kahfi: 94
“Mereka berkata; “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka ?”

QS. Al-Anbiya: 96 
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya-juj dan Ma-juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim.”
Ya-juj dan Ma-juj dalam Hadits

Dari Zainab Binti Jahsh -isteri Nabi SAW, berkata;
“Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada hari kiamat, (yaitu) Telah dibukanya penutup Ya-juj dan Ma-juj seperti ini !” beliau melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.”
(HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)

Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj dalam QS. Al-Kahfi : 94

Ya-juj dan Ma-juj menurut ahli lughah ada yang menyebut isim musytaq (memiliki akar kata dari bhs. Arab) berasal dari AJAJA AN-NAR artinya jilatan api. Atau dari AL-AJJAH (bercampur/sangat panas), al-Ajju (cepat bermusuhan), Al-Ijajah (air yang memancar keras) dengan wazan MAF’UL dan YAF’UL / FA’UL. Menurut Abu Hatim, Ma-juj berasal dari MAJA yaitu kekacauan. Ma-juj berasal dari Mu-juj yaitu Malaja. Namun, menurut pendapat yang shahih, Ya-juj dan Ma-juj bukan isim musytaq tapi merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan).

Para ulama sepakat, bahwa Ya-juj dan Ma-juj termasuk spesies manusia. Mereka berbeda dalam menentukan siapa nenek moyangnya. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam AS dan Hawa atau dari Adam AS saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh AS dari keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan dalam tarikh, Nabi Nuh AS mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts Bin Nuh. Menurut Al-Maraghi, Ya-juj dan Ma-juj berasal dari satu ayah yaitu Turk, Ya-juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma-juj adalah Al-Maghul (Mongol), namun keterangan ini tidak kuat. Mereka tinggal di Asia bagian Timur dan menguasai dari Tibet, China sampai Turkistan Barat dan Tamujin.

Mereka dikenal sebagai Jengis Khan (berarti Raja Dunia) pada abad ke-7 H di Asia Tengah dan menaklukan Cina Timur. Ditaklukan oleh Quthbuddin Bin Armilan dari Raja Khuwarizmi yang diteruskan oleh anaknya Aqthay. “Batu” anak saudaranya menukar dengan negara Rusia tahun 723 H dan menghancurkan Babilon dan Hongaria. Kemudian digantikan Jaluk dan dijajah Romawi dengan menggantikan anak saudaranya Manju, diganti saudaranya Kilay yang menaklukan Cina. Saudaranya Hulako menundukan negara Islam dan menjatuhkan Bagdad pada masa daulah Abasia ketika dipimpin Khalifah Al-Mu’tashim Billah pertengahan abad ke-7 H / 656 H.

Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya. Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar.

Pada QS. Al-Kahfi:94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab. Jika mereka melewati perkampungan, membabad semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh penduduk. Karenya, ketika Dzulkarnain datang, mereka minta dibuatkan benteng agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan penduduk.

Siapakah Zulkarnain ?

Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.

Menurut Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.”

Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.). Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih.

Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng. Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.

Benarkah Tembok Cina adalah Tembok Zulkarnain ?

Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam surat Al Kahfi. Dan yang disebut Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongol dari Utara yang merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Mari kita cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98 tentang itu.

Zulkarnain memenuhi permintaan penduduk setempat untuk membuatkan tembok pembatas. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.


Ada tiga hal yang berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain. Pertama, tembok Cina terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi. Kedua, tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja Dinasti Han, Ming, dst. Sambung-menyambung. Ketiga, dalam Al Kahfi ayat 86, ketika bertemu dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman:
“Wahai Zulkarnain, terserah padamu apakah akan engkau siksa kaum itu atau engkau berikan kebaikan pada mereka.”
Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu langsung dari Tuhan, sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa tembok Cina bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakan tembok Zulkarnain?

Beberapa Penelitian Tembok Ya'juj

Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.

Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.

Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di perunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam mahupun Rusia, terletak di republik Georgia.

Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.

Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.

Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.

27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.

Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).

Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.

Ya’juj-Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar, dan sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzul Qarnain, Raja Macedonia. Iskandar kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.

Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.

Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.


Referensi:
Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir.
Dr. Thaha Ad-Dasuqy, ‘Aqidatuna Wa Shilatuha Bil Kaun Wal Insan Wal Hayat, Darul Huda, Kairo, 1995.
Syekh Sya’ban ‘Abdulhadi Abu Rabah, Islamiyat, Haqaiq Fi Dzilli Tauhid Al-Ara Al-Islamiyah, Muassasah Al-’Arabiyah Al-Haditsiyah, Kairo, 1991.

Source: http://artoko.blogs.friendster.com/

Senin, 29 November 2010

Fakta Dibalik Sumur Zam-Zam

Selama ini kita mengenal sumur Zamzam dari buku-buku agama. Namun sebenarnya ada sisi ilmiah saintifiknya juga looh. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang air adalah hydrogeologi.

Sumur Zamzam

Khasiat air Zam-zam tentunya bukan disini yang mesti menjelaskan, tapi kalau dongengan geologi sumur Zam-zam mungkin bisa dijelaskan disini. Sedikit cerita Pra-Islam, atau sebelum kelahiran Nabi Muhammad, diawali dengan kisah Isteri dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar, yang mencari air untuk anaknya yang cerita. Sumur ini kemudian tidak banyak atau bahkan tidak ada ceritanya, sehingga sumur ini dikabarkan hilang.

Sumur Zam-zam yang sekarang ini kita lihat adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib kakeknya Nabi Muhammad. Sehingga saat ini, dari “ilmu persumuran” maka sumur Zam-zam termasuk kategori sumur gali (Dug Water Well).

Dimensi dan Profil Sumur Zam-zam
Bentuk sumur Zam-zam dapat dilihat dibawah ini.

Bentuk sumur Zam-zam

Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 30.5 meter. Hingga kedalaman 13.5 meter teratas menembus lapisan alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang sangat berpori. Lapisan ini berisi batupasir hasil transportasi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya.

Mata air zamzam
Dibawah lapisan alluvial Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (0.5 m) lapisan yang sangat lulus air (permeable). Lapisan yang sangat lulus air inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur Zam-zam.

Mata air zamzam

Kedalaman 17 meter kebawah selanjutnya, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku jenis ini (Diorit) memang agak jarang dijumpai di Indonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Tetapi tidak ada (barangkali saja saya belum menemukan) laporan geologi yang menunjukkan hal itu.

Dari uji pemompaan sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11 – 18.5 liter/detik, hingga permenit dapat mencapai 660 liter/menit atau 40 000 liter per jam. Celah-celah atau rekahan ini salah satu yang mengeluarkan air cukup banyak. Ada celah (rekahan) yang memanjang kearah hajar Aswad dengan panjang 75 cm denga ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil kearah Shaffa dan Marwa.

Keterangan geometris lainnya, celah sumur dibawah tempat Thawaf 1.56 m, kedalaman total dari bibir sumur 30 m, kedalaman air dari bibir sumur = 4 m, kedalaman mata air 13 m, Dari mata air sampai dasar sumur 17 m, dan diameter sumur berkisar antara 1.46 hingga 2.66 meter.

Air hujan sebagai sumber berkah

Air hujan sebagai sumber berkah

Kota Makkah terletak di lembah, menurut SGS (Saudi Geological Survey) luas cekungan yang mensuplai sebagai daerah tangkapan ini seluas 60 Km2 saja, tentunya tidak terlampau luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan. Sumber air Sumur Zam-zam terutama dari air hujan yang turun di daerah sekitar Makkah.

Sumur ini secara hydrologi hanyalah sumur biasa sehingga sangat memerlukan perawatan. Perawatan sumur ini termasuk menjaga kualitas higienis air dan lingkungan sumur serta menjaga pasokan air supaya mampu memenuhi kebutuhan para jamaah **** di Makkah. Pembukaan lahan untuk pemukiman di seputar Makkah sangat ditata rapi untuk menghindari berkurangnya kapasitas sumur ini.

lokasi sumur Zamzam

Gambar diatas ini memperlihatkan lokasi sumur Zamzam yang terletak ditengah lembah yang memanjang. Masjidil haram berada di bagian tengah diantara perbukitan-perbukitan disekitarnya. Luas area tangkapan yang hanya 60 Km persegi ini tentunya cukup kecil untuk menangkap air hujan yang sangat langka terjadi di Makkah, sehingga memerlukan pengawasan dan pemeliharaan yang sangat khusus.

Sumur Zamzam ini, sekali lagi dalam pandangan (ilmiah) hidrogeologi , hanyalah seperti sumur gali biasa. Tidak terlalu istimewa dibanding sumur-sumur gali lainnya. Namun karena sumur ini bermakna religi, maka perlu dijaga. Banyak yang menaruh harapan pada air sumur ini karena sumur ini dipercaya membawa berkah. Ada yang menyatakan sumur ini juga bisa kering kalau tidak dijaga. Bahkan kalau kita tahu kisahnya sumur ini diketemukan kembali oleh Abdul Muthalib (kakeknya Nabi Muhammad SAW) setelah hilang terkubur 4000 tahun (?).

Dahulu diatas sumur ini terdapat sebuah bangunan dengan luas 8.3 m x 10.7 m = 88.8 m2. Antara tahun 1381-1388 H bangunan ini ditiadakan untuk memperluas tempat thawaf. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah. Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zam-zam dengan sejumlah 350 kran air (220 kran untuk laki-laki dan 130 kran untuk perempuan), ruang masuk laki perempuan-pun dipisahkan.

Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam

Saat ini bangunan diatas sumur Zam-Zam yang terlihat gambar diatas itu sudah tidak ada lagi, bahkan tempat masuk ke ruang bawah tanah inipun sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Tetapi kalau anda jeli pas Thawaf masih dapat kita lihat ada tanda dimana sumur itu berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur dari Ka’bah.

Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam
Jumlah jamaah ke Makkah tiga puluh tahun lalu hanya 400 000 pertahun (ditahun 1970-an), terus meningkat menjadi lebih dari sejuta jamaah pertahun di tahun 1990-an, Dan saat ini sudah lebih dari 2.2 juta. Tentunya diperlukan pemeliharaan sumur ini yang merupakan salah satu keajaiban dan daya tarik tersendiri bagi jamaah haji.

Pemerintah Saudi tentunya tidak dapat diam pasrah saja membiarkan sumur ini dipelihara oleh Allah melalui proses alamiah. Namun pemerintah Arab Saudi yang sudah moderen saat ini secara ilmiah dan saintifik membentuk sebuah badan khusus yang mengurusi sumur Zamzam ini. Sepertinya memang Arab Saudi juga bukan sekedar percaya saja dengan menyerahkan ke Allah sebagai penjaga, namun justru sangat meyakini manusialah yang harus memelihara berkah sumur ini.
Sistem Pompa

Pada tahun 1971 dilakukan penelitian (riset) hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Hal ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor di Mesir yang menyatakan air Zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk dikonsumsi. Tariq Hussain (termasuk saya dari sisi hidrogeologi) juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan Sumur Zam-zam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai. Menyangkut dugaan doktor mesir ini, tentusaja hasilnya menyangkal pernyataan seorang doktor dari Mesir tersebut, tetapi ada hal yang lebih penting menurut saya yaitu penelitian Tariq Hussain ini justru akhirnya memacu pemerintah Arab Saudi untuk memperhatikan Sumur Zamzam secara moderen. Saat ini banyak sekali gedung-gedung baru yang dibangun disekitar Masjidil Haram, juga banyak sekali terowongan dibangun disekitar Makkah, sehingga saat ini pembangunannya harus benar-benar dikontrol ketat karena akan mempengaruhi kondisi hidrogeologi setempat.

Badan Riset sumur Zamzam yang berada dibawah SGS
(Saudi Geological Survey) bertugas untuk:
  • Memonitor dan memelihara untuk menjaga jangan sampai sumur ini kering.
  • Menjaga urban disekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air.
  • Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area).
  • Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol.
  • Meng-upgrade pompa dan dan tangki-tangki penadah.
  • Mengoptimasi supplai dan distribusi airZam-zam

Perkembangan perawatan sumur Zamzam.
Dahulu kala, zamzam diambil dengan gayung atau timba, namun kemudian dibangunlah pompa air pada tahun 1373 H/1953 M. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke kran-kran yang ada di sekitar sumur zamzam.

Uji pompa (pumping test) telah dilakukan pada sumur ini, pada pemompaan 8000 liters/detik selama lebih dari 24 jam memperlihatkan permukaan air sumur dari 3.23 meters dibawah permukaan menjadi 12.72 meters dan kemudian hingga 13.39 meters. Setelah itu pemompaan dihentikan permukaan air ini kembali ke 3.9 meters dibawah permukaan sumur hanya dalam waktu 11 minut setelah pompa dihentikan. Sehingga dipercaya dengan mudah bahwa akifer yang mensuplai air ini berasal dari beberapa celah (rekahan) pada perbukitan disekitar Makkah.

Banyak hal yang sudah dikerjakan pemerintah Saudi untuk memelihara Sumur ini antara lain dengan membentuk badan khusus pada tahun 1415 H (1994). dan saat ini telah membangun saluran untuk menyalurkan air Zam-zam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15.000 m3, bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air Zam-zam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah.

Saat ini sumur ini dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kita hanya dapat melihat foto-fotonya saja seperti diatas. Disebelah kanan ini adalah drum hidrograf, alat perekaman perekaman ketinggian muka air sumur Zamzam (Old style drum hydrograph used for recording levels in the Zamzam Well).

Kandungan mineral
Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam in memang unik mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandng dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi
Yang pertama, positive ions seperti misal sodium (250 mg per litre), calcium (200 mg per litre), potassium (20 mg per litre), dan magnesium (50 mg per litre).
Kedua, negative ions misalnya sulphur (372 mg per litre), bicarbonates (366 mg per litre), nitrat (273 mg per litre), phosphat (0.25 mg per litre) and ammonia (6 mg per litre).

Molekul air zam zam
Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Air yang sudah siap saji yang bertebaran disekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan air yang sudah diproses sehingga sangat aman dan segar diminum, ada yang sudah didinginkan dan ada yang sejuk (hangat). Namun konon prosesnya higienisasi ini tidak menggunakan proses kimiawi untuk menghindari perubahan rasa dan kandungan air ini.

Banjir Dahsyat Zaman Nabi Nuh A.S


Kisah seorang manusia, kapal, dan air bah pertama muncul di timur tengah. Area yang sama melahirkan agama Yahudi, Kristiani, dan Islam. Diceritakan dlm Al-Quran maupun Bible, catatan peristiwa bencana yg terjadi di awal sejarah manusia, tak lama setelah penciptaan.


Banyak yang tahu kisah ini dari kecil, kisah tentang murka Allah yg memutuskan membuat air bah besar yang akan menyapu semuanya. Kecuali satu keluarga yg dilihat Allah melakukan hal-hal yg baik, yaitu keluarga Nuh/Noah. Tapi seserius apa kita bisa menerima kisah Nuh dan bahteranya? Apakah benar-benar terjadi seperti kata kitab suci? Banyak orang ragu bahwa memang ada air bah dan sebuah bahtera. Tapi aku percaya kisah itu. Orang yang meragukannya, umumnya melihat dari tidak adanya bukti/petunjuk geologi mengenai pernah terjadinya musibah air bah yang bersifat global di masa silam. Jika demikian, bisakah kisah Nuh, bahtera dan air bah diterima secara harafiah?

Pertama kita mulai dengan usia orang-orang yg terlibat. Nabi Nuh misalnya, beliau berusia 500 tahun saat mendapat peringatan itu. Dan itu mendapat masalah bagi banyak pembaca modern. Usia orang-orang saat meninggal yang disebutkan dalam catatan Qur’an dan Bible adlh masalah yang tak biasa, karena bukan itu yang terjadi sekarang. Tapi bukannya tak bisa dipecahkan. Mungkin saat diciptakan manusia dimaksudkan utk hidup lama. Tapi perubahan lingkungan terjadi dan mendadak orang mulai hidup lebih singkat. Tafsiran harafiah waktu dalam kitab suci memiliki sejumlah akibat menarik. Diantaranya yaitu memberi dasar untuk menghitung waktu penciptaan dan waktu untuk air bah Nuh. Pembuat perhitungan itu yaitu seorang Uskup Irlandia abad ke-17, James Ussher. Ia memperkirakan dunia diciptakan sekitar thn 4000 SM. Memakai tgl penciptaan, Ussher lalu menghitung tahun air bah itu. Kejadiannya tahun 2348 SM. Menurut perhitungan kasarnya, sekitar 100 thn sebelum itu, Nuh menerima perintah Tuhan tentang cara ia dan keluarganya selamat dari air bah tersebut. Allah menyuruh Nuh membangun kapal yg sangat besar, sebuah bahtera. Dan perintah-Nya cukup terperinci. “Bahtera itu 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya, 30 hasta tingginya.” Hasta adl sepanjang lengan manusia dari siku ke ujung jari, 45 cm. Jika dimensi bahtera itu benar, berarti ini adl kapal kayu terbesar dlm sejarah dunia, keajaiban asli buatan manusia. Beberapa orang yakin kapal itu masih ada disuatu tempat, menunggu utk ditemukan.

Sekitar 100 thn terakhir, pemburu bahtera pergi ke Timur Tengah dan mendaki beragam gunung, mencari puncak tempat bahtera itu terletak. Kitab suci tidak menunjukkan dimana bahtera itu terdampar, kita hanya berspekulasi bahwa bahtera itu mendarat di atas pegunungan Ararat. Ararat adl suatu wilayah kerajaan kuno bernama Uratu. Gunung Ararat merupakan suatu puncak tertinggi yg terletak di Turki timur. Karena pada artikel ini aku menekankan untuk membahas bagamana proses terjadinya musibah air bah Nabi Nuh, maka untuk pembahasan mengenai pemburuan bahtera Nuh.

Jadi bagaimana dengan badai dan air bah yang disebutkan dlm kitab suci? Adakah petunjuk yang bisa menegaskan catatan didalam dua kitab suci tsb?
Beberapa orang menganggap ada petunjuk mengenai air bah mendunia/global. Dari semua bencana alam yang menimpa orang jaman prasejarah, bencana air bah tampaknya paling meninggalkan kesan terbesar. Semua budaya di seluruh dunia memiliki mitos banjir besar. Mungkin ini satu-satunya mitos dunia sebenarnya yg kita miliki, dan mitos itu tersebar merata di Timur Tengah. Ada satu cerita sangat serupa dengan catatan tentang Nuh. Epik Gilgamesh adalah cerita dari Mesopotamia, berasal dari sekitar tahun 2700 SM, millenium ketiga. Ditempat yang kini disebut sebagai Irak Modern, dulu dikisahkan ada sesorang, satu bahtera, beberapa burung, dan banyak binatang. Ada keluarga kandung dan seluruh umat manusia dibasmi, kecuali satu orang ini, kapalnya dan semua di dalamnya.

Perbedaan utama antara kedua cerita ini adalah jika didalam kitab suci menekankan dimensi moral. Yaitu manusia dihukum atas dosa mereka. Mungkinkah kedua Cerita ini muncul dari peristiwa yang sama? Ada cukup persamaan antara cerita di Alkitab tentang bahtera Nuh dan cerita mengenai Epik kepahlawanan Gilgamesh. Tak diragukan lagi keduanya berkaitan dan pusat kedua cerita itu ialah air bah. Didalam kitab suci, Nuh, keluarganya dan para hewan mengunci diri di dalam bahtera dan menanti badai yang dijanjikan itu datang. Mereka tak menunggu lama, setelah tujuh hari, datanglah air bah meliputi bumi. Hujan lebat meliputi bumi 40 hari dan 40 malam lamanya. Al-kitab menceritakan airnya naik setinggi 15 hasta, sekitar 6,6 meter. Air itu terus meninggi hingga menutupi seluruh daratan, bahkan gunung-gunung tertinggi. Selama 150 hari, bahtera itu mengarungi air.

Selama bertahun-tahun banyak teori dikemukakan oleh para penganut penciptaan untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya air bah Nuh itu terjadi. Menurut suatu teori, pada awal-awal penciptaan, saat Allah menciptakan langit dan memisahkan laut dari daratan, sebagian air terperangkap di bawah lapisan bumi. Dibawah tekanan, air itu ahirnya menyembur keluar.
Semburan panas meletus bersamaan diseluruh bumi dan menimbulkan air bah. Namun teori ini tidak dianggap serius oleh para geolog. Sebab, jika semua sumber air panas bawah tanah menyembur keluar, tidak akan pernah masuk akal untuk menghasilkan air sebanyak itu. Teori populer lainnya diajukan tahun 1960-an oleh Henry Morris dan Jhon Whitchomb. Mereka yakin sebelum air bah datang, ada tudung uap diatas atmosfer. Air bah dibawa saat tudung uap air ini entah bagaimana runtuh melalui mekanisme yang tak diketahui. Menurut para penganut penciptaan, tudung uap air ini memberi sumber paling tidak separuhnya dari keseluruhan air yang dibutuhkan untuk menghasilkan air bah tersebut.

Tapi, ada sejumlah masalah dengan teori tersebut, terutama tekanan besar dari atmosfer yang sangat lembab.
Teori lainnya tentang dari mana air bah itu berasal, dikembangkan oleh Bruce Masse. Seorang ahli purbakala yang bekerja di Laboratorium Los Almost di New Mexico. Menurutnya air bah itu disebabkan oleh sesuatu dari luar angkasa. Ia mengatakan telah menemukan petunjuknya dalam mitos di seluruh dunia, termasuk didaerah asalnya sendiri. Orang Amerika asli pada umumnya memiliki legenda mengenai banjir besar, tiap kelompok suku memiliki legenda banjir terpisahnya sendiri. Kelompok-kelompok itu menurunkan sejarahnya secara lisan, namun unsur-unsur juga bertahan dalam seni mereka. Pictograph atau seni batu misalnya, banyak yang menceritakan suatu kisah mengenai kehidupan mereka dimasa silam. Ini bukan hanya merupakan gambar yang sama sekali tak berarti, namun justru sebaliknya.

Masse khususnya tertarik pada suatu lambang yang umumnya ditemukan diseluruh wilayah Amerika Utara dan Selatan. Banyak kebudayaan Indian yang terkait dengan legenda air bah, biasanya dikaitkan dengan ular air, ular dengan hiasan bulu dikepalanya. Masse melihat tema umum pada citranya, makhluk panjang yang sering digambarkan bertanduk di kepala dan dikaitkan dengan sebuah banjir besar. Menurutnya, sangat mungkin ular bertanduk ini merupakan gambaran dari sesuatu obyek yang dilihat oleh pengukir batu di langit. Hal tak biasa yang banyak dikaitkan oleh manusia prasejarah dengan suatu bencana dasyat, apa lagi kalau bukan…komet.


Ancient Comet
Bila melihat komet, pasti kita juga bisa melihat ekor panjang-nya itu, mirip hiasan kepala pada ujung belakangnya atau bahkan mirip tanduk. Setidaknya itulah imajinasi masyarakat prasejarah. Berdasarkan mitologi, jelas ada suatu cerita mengenai suatu komet yang masuk ke atmosfer bumi yang ahirnya terhempas ke laut. Ada identifikasi bahwa kemunkinan situs tabrakan itu berada di 1448 km tenggara Madagaskar. Sekenario ini tidak mengada-ada.
Sebuah Komet selebar 3,2 Km memasuki tata surya dan mengarah langsung ke bumi. Komet itu menembus atmosfer dengan kecepatan 160 ribu km perjam dan menghantam samudera, pada saat itulah segalanya kacau balau. Hantaman ini menembakkan sejumlah air ke atas, mungkin 9-10 kali massa komet itu sendiri dan air terus naik hingga keluar atmosfer. Tabrakan seperti itu akan memiliki energi TNT sebesar 10 juta megaton atau setara dengan 500 juta kali energi yang terlepas dalam bom yang jatuh di Nagasaki! Hal itu tentunya akan melontarkan uap air berlebih ke atmosfer dan menimbulkan hujan yang sangat hebat selama 6-7 hari lamanya. Tsunami raksasa di Samudera Hindia melanda pantai hingga 2400 km jauhnya dengan gelombang setinggi lebih dari 183 meter. Saat itu juga, badai siklon terjadi diseluruh bumi. Air yang jatuh dari langit bergabung dengan badai lautan dan membentuk bencana angin topan. Menjadikan suatu banjir raksasa yang menutupi bumi.

Dengan mempelajari peta astronomi dan memeriksa silang waktu saat komet lewat dekat bumi, Masse bisa membuat perkiraan terbaik tentang kapan tepatnya komet itu menabrak. Menurut datanya, tanggal 10 Mei 2807 SM memang ada komet yang menabrak bumi. Ia tak ragu bahwa ini terkait mitos seputar air bah di seluruh dunia, termasuk air bah Nuh.

Teori Masse cukup radikal, dan ia tahu bahwa para ahli astronomi meragukannya, tapi para geolog utama tak bisa menepisnya. Ini mungkin teori yang paling masuk akal, fakta bahwa mungkin disebabkan oleh bertemunya komet dan bumi. Kita tahu bahwa umumnya kawah besar terbentuk karena tabrakan meteor dan komet pada bumi. Bumi telah ditabrak sampai rusak sejak awal pembentukannya, dibombardir asteroid dan meteorid. Salah satu tabrakan mungkin adalah penyebab kepunahan Dinosaurus 65 juta tahun silam, dan tabrakan masih terjadi hingga sekarang. Peristiwa bencana mungkin akan berdampak abadi pada budaya, semacam tradisi lisan seperti yang kita dengar 5000 tahun sesudahnya dalam bentuk cerita. Peristiwa dasyat semacam itu akan menciptakan sebuah mitos dan kita harus menjelaskannya. Mereka harus memberitahu generasi berikutnya bahwa hal buruk telah menimpa mereka dimasa silam, agar keturunan mereka tahu. Tapi, apa tepatnya yang mereka gambarkan?

Yup, jawabnya adalah mengenai bencana air bah dasyat yang menutupi seluruh bumi, dan Al-Qur’an maupun Bible mengisahkan peristiwa itu terjadi dalam cerita Nabi Nuh. Tapi pada umunya, geolog tak bisa mendapat petunjuk untuk mendukung teori itu. Geologi umum menegaskan bahwa bumi hampir seluruhnya tertutup air sekitar 500 juta tahun lalu, saat iklim jauh lebih hangat dari sekarang. Saat itu banyak fosil hewan laut yang kita temukan di puncak gunung saat ini setidaknya itu yang diyakini kebanyakan Geolog. Namun sebenarnya, ada suatu tempat yang bisa membuktikan bahwa bumi memang benar-benar pernah diselimuti air bah mendunia, tempat itu adalah Grand Canyon. Bukti-buktinya ada pada karangnya. Grand Canyon menyingkap lapisan sedimen lebih banyak dari tempat manapun di dunia ini. Tampak banyak petunjuk yang menunjuk fakta bahwa ngarai di Grand Canyon terbentuk melalui bencana. di tempat tersebut, Fosil laut terkubur dalam lapisan dan bukan dalam cara yang homogen, fosil-fosil ini tersebar, terserak dan rusak. Ada suatu hal yang disepakati penganut penciptaan dan evolusi, bahwa ngarai di Grand Canyon dipahat oleh air. Fakta bahwa karang Grand Canyon umunya dibentuk oleh air, jika dilihat dengan pikiran terbuka, menunjuk pada banjir mendunia.
Dalam cerita, Nuh hanya dapat melihat air begitu badai mereda. Nabi Nuh mengirim burung merpati untuk memantau bumi, hingga 3 kali. DI kali ketiga, burung merpati itu tak kembali, jadi Nuh tahu kini bumi sudah aman untuk dihuni. Itu berarti Nabi Nuh keluar dari bahtera tiba di negeri yang belum pernah dilihatnya, jauh di sebuah pegunungan di suatu tempat. Tapi masalahnya, itu gunung yang mana? Menurut Arkeolog, Bob Cornuke, umumnya para pemburu Bahtera mencari di tempat yang salah. Ia tak percaya bahtera itu berada di Puncak Ararat, sebab ia pernah mengintarinya 2 kali dengan menaiki helikopter dan pesawat biasa. Dan ia tidak pernah melihat obyek apapun disana yang mirip dengan sebuah Bahtera. Lalu, dimana tempat yang benar?

Menurutnya, bahtera itu terletak di pegunungan Utara Iran. Cornuke telah melakukan 4 ekspedisi ke Iran, sekaligus menerima pelecehan yang biasa didapati oleh pemburu bahtera. Sebab orang akan sering ditertawakan bila mencari bahtera Nuh. Menurut Cornuke, ia memiliki petunjuk yang belum bisa diikuti siapapun, yaitu laporan insinyur Amerika yang melihat hal aneh di sebuah gunung di Iran tahun 1943 lalu. Pada ketinggian 3750 m tampak sebuah benda gelap yang luar biasa berbentuk sebuah bahtera disana, mencuat keluar dari sisi gunung. Bukan berbentuk kotak besar seperti imajinasi kita akan bahtera Nuh, tapi lebih mirip bangunan yang sudah terbakar dan ada sisa-sisa hangusnya. Bahan dasarnya seperti kayu, tapi sangat berat hingga hanya sedikit contoh bisa dibawa untuk diuji. Lalu, apakah obyek luar biasa yang terletak di Pegunungan tersebut benar-benar sebuah bahtera? adakah sangkut pautnya dengan Kisah Nabi Nuh? dan apakah mungkin itu benar-benar merupakan bahtera Nabi Nuh yang selama ini banyak diburu itu?

Jika Dimensi Bahtera Nabi Nuh benar, maka ini adalah kapal kayu buatan manusia terbesar dalam sejarah

Dari teori tudung uap air yang entah bagaimana runtuh , lalu teori air dalam tanah yang entah bagaimana menyembur keluar, sampai teori mengeni tabrakan komet disuatu tempat di samudera. Semua teori ini menawarkan penjelasan atas bencana banjir. Lalu teori manakah yang benar?
Bertahun-tahun, ahli purbakala mencari petunjuk mengenai bencana banjir besar di Timur Tengah, sesuatu yang bisa menegaskan catatan kitab suci mengenai kejadian tentang Nuh dan Bahteranya. Dan selama bertahun-tahun, hasilnya nihil. Lalu di tahun 1920-an, ahli purbakala bernama Leonard Woolley menemukan lapisan tebal endapat lumpur saat menggali kota kuno Ur yang berlokasi di Iraq. Ia kira disinilah petunjuk sebenarnya mengenai banjir global itu muncul. Namun hasilnya, tidak. Salah satu situs purbakala yang digali Woolley, ternyata hanya terjadi akibat banjir setempat, bukan merupakan banjir global. Tapi cukup drastis hingga ada puing sedalam 90 cm yang menyapu kota itu.
Lalu ditahun 1996, 2 Geolog tengah bekerja di lepas pantai Turki, disaolah satu perairan yang dianggap paling misterius di dunia. Suatu wilayah laut asin besar, selebar 1200 km dari timur ke barat….Black Sea/Laut Hitam. Bill Ryan dan Walter Pitman tengah memetakan topografi bawah airnya, dan mereka melihat sesuatu yang menarik. Suatu pantai, jauh dibawah permukaan. Ini menunjukkan bahwa ketinggian air dimasa lalu jauh lebih rendah.
Mereka menemukan sejumlah pantai, karena saat air menyusut akibat penguapan di kondisi jaman es yang sangat gersang meninggalkan garis pantai tua yang mirip noda-noda bak mandi dikedalaman 90-110 meter. Dan garis pantai terdalam yang berhasil ditemukan adalah sedalam 156 meter. Contoh isi dari dasar lautnya menunjukkan pada suatu waktu, bahwa dulunya Laut Hitam merupakan danau air tawar dan contoh inti juga menunjukkan perubahan mendadak dari remis air tawar menjadi remis laut. Pengujian menghasilkan bahwa semua molusca laut tampaknya muncul di semua kedalaman laut hitam pada saat yang bersamaan, 7600 tahun yang lalu. Jadi, sesuatu yang luar biasa pernah terjadi disini.

Yup, sesuatu yang luar biasa itu adalah banjir dengan skala besar, dan sangat mungkin terjadi akibat….Global Warming/Pemanasan Global. Di ahir zaman Es, jutaan ton air terkurung di es kutub. Tapi sungai es mundur dan es kutub meleleh, permukaan laut naik, termasuk laut mediterania. Air yang naik mencari tempat tujuan dan menemukan sisi lain dari tanah genting tipis disuatu lahan dimana danau air tawar besar menanti di daratan rendah. Hal ini berarti satu hal, hukum gravitasi akan mengambil alih. Air dari Mediterania mulai membuat saluran melalui Bosporus, mencari temapt yang lebih rendah. Begitu air saluran dibuat, air tertahan di Mediterania menerobos masuk, meyapu semua di jalurnya. Saluran yang terjadi perlahan-lahan kian dalam dan makin cepat alirannya, diperkirakan butuh 30-90 hari untuk membuat jurang air penuh. Pertanyaannya, apa ada yang melihat peristiwa penghancur bumi itu?
Menurut ahli purbakala Fred Hiebert, jawabannya ada. 10 ribu tahun yang lalu, saat Bosporus belum ada dan Laut Hitam masih merupakan danau air tawar, permukaannya jauh lebih rendah dibanding sekarang. Itu berarti area luas sekelilingnya ada;ah daratan kering. Area yang sangat bagus untuk dihuni pemburu atau petani purba. Masyarakat Neolitikum pasti mengalami sesuatu yang nyaris tak dapat mereka pahami. Sebuah laut berpindah ke laut lain melalui celah selebar beberapa mil, ini peristiwa yang sunggu menakutkan. Mereka pasti mendengar suara gemuruh itu dan tanah sangat mungkin bergetar hebat. Mungkin mereka merasakannya sejauh 100-200 Km, sejumlah energi yang sangat besar dan sangat luar biasa.

Air menggelora melalui Bosporus dengan kecepatan 96 km/jam dan melepas volume air 200 kali lipat dari air terjun Niagara. Siapapun yang tinggal dalam beberapa mil dari Bosporus pasti tersapu, sedangkan mereka yang tinggal lebih jauh alan melihat dunia mereka diubah oleh aliran air yang seolah-olah tak ada ahir. Jika tinggal dilembah sungai, orang pasti masuk jauh ke darat dari beberapa ratus meter sampai satu kilometer tiap harinya. Terus berlanjut, tiap hari lebih jauh ke darat, didepan air bah ini. Jika dugaan Pitman benar, hampir 5000 tahun berlalu antara masa air bah itu terjadi dan masa kenangan lama itu ditulis. Jelas ada banjir buruk yang menutupi semuanya dan dimana saja. Dan itu mungkin menjadi penyebab munculnya legenda air bah. Peristiwa bencana seperti itu pasti terkesan meliputi seluruh dunia, karena mungkin orang membawa serta ceritanya saat bermigrasi. Dan mungkin cerita-cerita itu menjadi legenda air bah mesopotamia, lalu kisah Epik Gilgamesh dan Kisah Nabi Nuh. Pastilah banjir yang amat besar, bukan yang akan menutupi seluruh bumi tetapi menutupi sebagian besar daratan yang saat itu mereka ketahui. Wallahualam bi shawab.

Akhir kata, semua teori-teori yang telah aku uraikan diatas, merupakan teori-teori dari beberapa ilmuwan yang mencoba untuk menguak misteri bagaimana banjir Nabi Nuh itu terjadi. Mungkin teori-teori diatas sama sekali tidak ada yang dapat mewakili dari kejadian sebenarnya di masa silam. Sebab kita manusia, hanya mampu untuk mengajukan beberapa teori untuk mewakili penggambaran dari musibah-musibah besar itu terjadi. Walaupun demikian, kita tidak perlu menjadi ragu. Sebab, firman Tuhan yang terlulis dalam kitab suci adalah benar. Mari kita jadikan peristiwa-peristiwa mengerikan itu sebagai penggambaran mengenai murka Tuhan yang dasyat dan nyata, yang menimpa nenek moyang kita dimasa silam. Murka Allah yang ditujukan bagi para manusia yang tidak mau patuh dan melalaikan perintah-Nya. Sebagai tambahan untuk mempertebal pondasi ke-imanan kita. insya’allah.

related article http://shared4learning2gether.blogspot.com/2010/08/kapal-nabi-nuh-as.html
source(http://misteridunia.wordpress.com)

Minggu, 31 Oktober 2010

Babad Tanah Jawi


Babad Tanah Jawi merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.

Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam.

Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18.

Buku ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.

Banyak versi
Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi.
Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722.

Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.

Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai zaman Kartasura di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.

Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874 ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.

Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.

Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Babad_Tanah_Jawi

Kamis, 30 September 2010

Drakula Sang Pengkhianat Islam


Selama perang salib, wallachia menjadi rebutan antara kerajaan Hungaraia dan Turki Ottoman, pada masa Vlad II berkuasa di wallachia, Vlad II mempunya tiga orang anak, Mircea,Dracula dan Randu, Vlad II memihak kerajaan Hungaria.

Selama ini, banyak fitnah dan pemalsuan sejarah yang dilakukan musuh-musuh Islam terhadap kejayaan khilafah masa lalu. Kemilau peradaban yang ditebar Islam ke seluruh penjuru mata angin mereka kaburkan. Musuh-musuh Allah mereka buat seolah-olah idola seluruh dunia. Dan kali ini saya akan membawakan fakta sejarah tentang asal usul Drakula, Sang Pengkhianat..siapakah Drakula? Akan terungkap disini

Dibebaskannya Konstantinopel dari suramnya kegelapan jahiliyah oleh Islam sudah diramalkan Rasulullah, dan para sahabatpun berlomba mewujudkan ramalan Rasulullah tersebut..sampai-sampai Abu Ayyub Al Anshari pun menjemput syahidnya dalam pertempuran pembebasan Konstantinopel dan dimakamkan disana. Namun akhirnya cita-cita yang diidamkan para sahabat yang mulia itu diwujudkan oleh seorang pemuda berusia 23 tahun, Sultan Muhammad II hingga beliau mendapat gelar Al Fatih (Sang Penakluk) dan kemudian beliau tersohor dengan nama Muhammad Al Fatih…jembatan yang menghubungkan Asia dan Eropa akhirnya terwujud…Setelah membebaskan Konstantinopel, Sultan Muhammad II tidak berpuas dari dan meneruskan pembebasan Eropa dari masa kegelapan membawa cahaya Islam dan fokusnya adalah Eropa Timur, salah satunya adalah Wallachia.

Wallachia adalah sebuah kota tua yang sejak zaman Romawi kuno hingga perang salib menjadi rebutan karena letaknya memang strategis sebagai persinggahan menuju wilayah-wilayah di Eropa Timur. Selain strategis sebagai pangkalan militer, Wallachia juga subur sepanjang tahun karena dilewati oleh sungai Danube (sungai besar yang membelah Rumania dan Hungaria. Selama perang salib, kota ini diperebutkan oleh Kesultanan Ottoman Turki dan Kerajaan Hungaria. Pada masa pemerintahan Vlad II Wallachia memihak Kerajaan Hungaria namun setelah dilengserkan oleh Sigismund dan kemudian digantikan John Hunyadi, Vlad II memihak pada Kesultanan Ottoman dan merebut kekuasaan kembali dengan bantuan Kesultanan Ottoman. Dari sinilah sejarah Drakula bermula…

Untuk membalas budi pada Ottoman, Vlad II mengirimkan kedua anaknya; Randu dan Drakula ke Turki. Selama di Turki, kedua anak ini dididik secara Islam sesuai tradisi Turki. Selain belajar di madrasah, mereka juga belajar ketrampilan perang. Seiring bergulirnya waktu kedua anak ini tumbuh menjadi dua pribadi yang jauh bertolak belakang.. Randu tumbuh menjadi seseorang yang berperangai lembut dan penurut sedangkan Drakula tumbuh menjadi sosok pembangkang yang kejam. Kalau pengasuhnya memintanya ke Timur, Drakula pergi ke Barat..tak hanya membangkang.. sifat keji Drakula pun makin tampak. Salah satu hobinya di Turki adalah melihat eksekusi penjahat kelas berat yang kepalanya dipancang di alun-alun. Setiap minggu eksekusi atas penjahat kelas kakap atau pengkhianat diadakan di alun-alun..dan salah satu penontonnya adalah Drakula yang akan menyaksikan acara tersebut sampai selesai. Dan disaat senggangnya Drakula sangat suka menyiksa binatang..binatang apapun yang ada disekitarnya ia tangkap dan ditusuk seperti sate. Ia sangat puas melihat binatang-binatang tersebut menggelepar-gelepar menyongsong ajal.

Berpuluh tahun kemudian setelah peperangan Varna, terjadi konflik antara John Hunyadi dan ayah Drakula; Vlad II yang berujung pada pembunuhan Vlad II dan kakak Drakula, Mircea. John Hunyadi kemudian menunjuk keluarga Dan II sebagai penguasa Wallachia. Mendengar ini, Sultan Muhammad II mengirim Drakula bersama ribuan pasukan kembali ke Wallachia untuk merebut tahta. Sesampainya di Wallachia, pertempuranpun pecah antara pasukan Ottoman yang dipimpin Drakula dengan Pasukan Wallachia yang jumlahnya lebih banyak. Namun akhirnya Drakula memenangkan pertempuran dan merebut tahta Wallachia. Bak kacang yang lupa pada kulitnya…setelah merebut tahta, Drakula malah membantai pasukan Ottoman dengan cara yang keji..yaitu disula, yaitu ditusuk dengan kayu di bagian anus sampai tembus ke kepala..setelah kayu tersebut masuk ke tubuh korban, sula tersebut dipancang berdiri..sehingga tubuh korban yang masih hidup itu turun perlahan-lahan karena berat tubuhnya..jadi mulai kayu masuk ke anus sampai tembus ke kepala, korbannya menggelepar-gelepar merasakan sakit yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata…Drakula telah mengkhianati Ottoman dan Islam.. (http://hafez.wordpress.com/2008/01/31/drakula-sang-pengkhianat-islam/)

Sejarah Drakula

Selama perang salib, wallachia menjadi rebutan antara kerajaan Hungaraia dan Turki Ottoman, pada masa Vlad II berkuasa di wallachia, Vlad II mempunya tiga orang anak, Mircea,Dracula dan Randu, Vlad II memihak kerajaan Hungaria.

Namun setelah dilengserkan oleh Sigismund ( Raja dari kerajaan Hungaria ) dan kemudian digantikan oleh John Hunyandi, Vlad II memihak kepada kesultanan Turki Ottoman, sebagai jaminan kesetiaannya kepada kesultanan Turki ottoman, Vlad II mengirimkan Dracula dan Randu ke Turki.

Riwayat Dracula
Vlad Tsepes III ( 1431 – 1475 M ) atau yang lebih populer dengan nama Dracula dilahirkan di Transylvania, Rumania. Ia merupakan anak Ke 2 dari Vlad II dan Cneajna, seorang putri dari Moldavia
Masa kecil Dracula memang tidak berlangsung lama, diusianya yang ke 11 ia harus menjadi jaminan kesetian ayahnya kepada kesultanan Turki ottoman, ia dan adiknya Randu harus dikirim ke Turki.

Awal Kekuasaan Dracula
Setelah perang Verna, terjadi konflik antara Vlad II dan John Hunyadi, yang berujung pada kematian Vlad II dan Mircea, kakak Dracula. Melihat perubahan politik di Wallachia tersebut, maka sultan Turki ottoman Mehmed II mengirimkan Dracula pulang ke wallachia untuk merebut tahta.
Dracula kembali ke Wallacia dengan di kawal 8000 prajurit Turki ottoman. sesampainya di Tirgoviste ( ibu kota wallachia ) terjadi pertempuran antara pasukan Vlasdisav dengan pasukan Dracula, yang akhirnya di menangkan oleh pasukan Dracula dan menempatkan Dracula sebagai penguasa Wallachia.

Awal Kekejaman Dracula
Setelah berhasil menduduki tahta, Dracula membantai prajurit Turki ottoman yang tersisa dengan cara di sula, hal tersebut menjadi salah satu penyebab permusuhan antara Dracula dan Sultan Mehmed II.
Sebagai panglima salib di Wallachia, Dracula telah membantai kurang lebih 23.000 umat islam baik tentara maupun rakyat, dengan peperangan maupun dengan metode sula ( impaler ), setelah tindakan tersebut Dracula mengirimkan surat kepada raja Hungaria saat itu ( Matthias Corvinus ) untuk meminta dukungan dari kerajaan Hungaria untuk melawan Turki Ottoman.

Serangan Tengah Malam ( The Night Attack )
Tindakan Dracula yang membantai 23.000 tentara Turki Ottoman, membuat sultan Mehmed II menyatakan perang kepada Dracula. Pada tanggal 17 Mei 1462 M Sultan Mehmed II ( sang penakluk konstatinopel ) mengirimkan 60.000 tentara ditambah 30.000 tentara non reguler. Sedangkan tentara Dracula mencapai 30.000 prajurit, melihat jumlah pasukan yang tidak berimbang, dracula melakukan strategi perang grilya (Hit and Run)
Pada serangan tengah malam pasukan dracula yang berkekuatan 10.000 orang berhasil mendesak pasukan Turki ottoman, tetapi dapat dipukul mundur pada saat fajar tiba, atas kekalahan tersebut pasukan dracula mundur ke benteng Poenari, dracula melarikan diri dari kepungan pasukan Turki ottoman yang di pimpin oleh Randu ( adik kandung dracula )ke Hungaria, dengan melarikandirinya Dracula, Randu dengan mudah merebut benteng Poenari dan merebut tahta Wallachia.

Kematian Dracula
Pada Desember 1476 Terjadi pertempuran antara pasukan salib dengan dengan pasukan muslim ( Turki ottoman )dimana pertempuran tersebut terjadi di daerah Snagov, dalam pertempuran tersebut pasukan Dracula dapat dikalahkan, dan Dracula ( Vlad III ) tewas dalam pertempuran tersebut, kepalanya di penggal dan di bawa ke Turki sebagai bukti kematiannya.
(misteridunia.wordpress.com)

Islam Dalam Ramalan Jayabaya: Telaah Serat Praniti Wakya Jangka Jayabaya

Islam Dalam Ramalan Jayabaya: Telaah Serat Praniti Wakya Jangka Jayabaya

Pendahuluan

Bagi sebagian kalangan muslim memunculkan kajian terhadap ‘keberterimaan’ terhadap ramalan sudah tentu akan memantik sebuah polemik. Betapa tidak, konsep Islam dalam memandang ramalan pada dimensi supranatural telah tegas dan jelas. Umat Islam dikenai larangan atas sejumlah pengharapan spekulatif, seperti mengundi suatu pilihan dengan anak panah, berjudi, dan termasuk di dalamnya dengan jalan mempercayai ramalan. Apa yang penulis maksudkan dengan ramalan ini sudah tentu bukan merupakan sebuah upaya perkiraan masa depan dengan sejumlah metode ilmiah semacam metode forecasting penilaian kelayakan bisnis dalam perekonomian atau sejenisnya. Namun lebih kepada ramalan yang berorientasi pada klenik dan atau mengarah praktek kebatinan. Efek ramalan sendiri biasanya berlainan pada tiap-tiap individu yang berbeda. Akan tetapi umumnya, ramalan akan membuat manusia terjebak oleh angan-angan, bahkan secara negatif menjerumuskan pada kemusyrikan.

Namun harus menjadi sebuah kesadaran bahwa realitas yang lain tentang berkembangnya ramalan, akhir-akhir ini, justru semakin marak menyeruak. Semakin canggih piranti teknologi, kemudahan menikmati hidup, dan terbuka lebarnya akses informasi bukannya mengikis kepercayaan manusia modern terhadap model klenik yang satu ini. Ramalan justru seperti memanfaatkan kondisi dengan berperan mengisi kekosongan jiwa “manusia modern” dari kemiskinan spiritualitas. Ramalan bukan lagi identik dengan asap kemenyan pedupaan, spekulasi kartu tarot, bola kristal, pendulum, atau benda-benda yang dianggap memiliki tuah magis lainnya. Akan tetapi berkembang dengan menyelusup melalui layanan jasa komunikasi yang bisa diakses melalui piranti elektronik dengan biaya relatif terjangkau oleh masyarakat luas.

Di kelas menegah ke bawah, kebangkitan ramalan ditandai dengan menguatnya isu-isu lawas tentang pentahapan jaman. Kondisi perubahan sosial kemasyarakatan yang terus didera oleh berbagai kesulitan hidup, krisis kemanusiaan berkepanjangan, dan dekadensi moral telah menumbuhkan angan-angan dan penantian akan kemunculan sosok ‘ratu adil’. Tidak terkecuali, ramalan seringkali menjadi pelarian atas kehidupan yang dianggap semakin tidak pasti.

Bagi masyarakat Jawa khususnya, ramalan Jayabaya (baca: Joyoboyo) merupakan ramalan yang dianggap memiliki akurasi tinggi dalam menerangkan berbagai pertanda perubahan jaman. Ramalan ini sering diagung-agungkan sebagai memiliki gambaran tentang masa depan secara jelas dan meyakinkan. Anehnya, masyarakat yang mempercayai “kebesaran” ramalan Jayabaya, umumnya tidak memiliki pengenalan mendalam tentang keyakinannya berdasarkan sumber ‘resmi’ ramalan Jayabaya. Sikap taken for granted yang mereka tunjukkan umumnya terbentuk hanya melalui proses oral dengan sumber informasi yang tidak jarang sukar dipertanggungjawabkan. Tidak jarang mereka hanya berpatokan kepada ‘kata orang’. Demikian juga sejumlah pihak yang memposisikan diri sebagi penolak ramalan Jayabaya, umumnya juga tidak membangun sikapnya berdasarkan pengetahuan ataupun proses kajian yang jelas. Bahkan kadangkala hanya didasarkan atas sikap mula-mula yang sudah antipati terhadap istilah ‘ramalan’, maka menjadi justifikasi bahwa ramalan Jayabaya pun memiliki kadar ‘negatif’ sebagaimana penilaian awalnya.

Hadirnya tulisan terkait ramalan Jayabaya ini bukan merupakan usaha untuk melegalkan praktek ramalan. Namun lebih merupakan upaya informatif bagi para pembaca guna bersama memahami hakikat ramalan Jayabaya. Sehingga kejelasan sikap dan tindakan pembaca, terutama sebagai seorang muslim, akan terbangun berlandaskan sebuah pemahaman yang nyata. Sekaligus dalam hal ini penulis berharap, akan tumbuh sikap bahwa baik dalam posisi menerima maupun menolak terhadap hakikat sesuatu hendaknya didasarkan pada sebuah pengetahuan dan bukan hanya berdasarkan penilaian awal yang belum tentu benar apalagi sekedar ‘kata orang’.

Penulis Ramalan Jayabaya

Perlu diketahui, Ramalan Jayabaya merupakan kumpulan ramalan yang sangat populer di kalangan masyarakat Jawa. Ramalan yang sering disebut dengan istilah Jangka Jayabaya (baca: jongko joyoboyo) tersebut dinilai oleh banyak kalangan sebagai hasil karya pujangga yang memiliki akurasi tinggi dalam menggambarkan jaman dan kondisi masa depan yang diprediksi. Dengan kata lain sejumlah ‘orang Jawa’ sangat mempercayai ketepatan dan kesesuaian Jangka Jayabaya dalam menggambarkan masa depan.

Jangka Jayabaya memiliki banyak versi, minimal ada 9 (sembilan) macam versi. Umumnya kitab-kitab tentang ramalan Jayabaya tersebut merupakan hasil karya abad XVII atau XIX Masehi. Dari beragam versi Jangka Jayabaya tersebut, secara substansial kebanyakan memiliki kesamaan ide dan gagasan. Kemungkinan besar hal ini disebabkan beragam versi tersebut sebenarnya mengambil dari sebuah sumber induk yang sama yaitu kitab yang disebut Musarar atau Asrar. Oleh karena itulah maka penulis memutuskan untuk membatasi kajian ini berdasarkan Serat Pranitiwakya Jangka Jayabaya saja. Kitab diyakini merupakan karya Raden Ngabehi Ranggawarsita (baca: Ronggowarsito).[1] Serat Pranitiwakya ini dapat dikatakan mewakili ramalan Jayabaya dalam wujud yang bersifat lebih ringkas.

Tokoh Jayabaya Menurut Serat Praniti Wakya

Jayabaya yang dimaksud dalam Jangka Jayabaya tidak lain adalah Prabu Jayabaya, raja Kediri, yang dianggap memiliki kemampuan luar biasa dalam meramal masa depan. Nama Prabu Jayabaya sendiri bagi masyarakat Jawa sering menjadi inspirasi dalam menciptakan gambaran tentang ratu adil. Keberadaannya kerap kali dikaitkan sebagi penitisan Dewa Wisnu yang terakhir di tanah Jawa.[2] Hal yang terakhir ini menjelaskan bahwa Prabu Jayabaya hidup pada atmosfer jaman Hindhuisme dimana seorang raja besar yang pernah hidup digambarkan memiliki hubungan dengan dunia mistik, sebagi wujud inkarnasi Dewa dalam rangka menjaga kelangsungan kehidupan di mayapada (bumi).

Akan tetapi pesan utama yang hendak disampaikan ramalan Jayabaya tentang sosok prabu Jayabaya, hakekatnya justru tidak mengkaitkan sang raja dengan Hindhuisme. Dalam Serat Praniti Wakya, Prabu Jayabaya digambarkan sebagai seorang yang telah menganut agama Islam. Bahkan dalam versi Serat Jayabaya yang lain digambarkan bahwa keislaman yang paling mendekati praktek Nabi adalah keislaman Prabu Jayabaya pada masa itu. “Yen Islama kadi Nabi, Ri Sang Jayabaya…” (Jika ingin melihat keislaman yang yang mendekati ajaran Nabi (Muhammad saw), orang demikian adalah Sang Jayabaya).[3] Gambaran keislaman yang dianggap terbaik demikian, jika memang benar terjadi, pembandingnya tentu adalah praktek keagamaan pada jaman Hindhuisme yang mendominasi tersebut. Parbu Jayabaya dianggap sebagai tokoh Muslim dengan parktek keislaman terbaik mendekati parktek Nabi dibandingkan banyak manusia pada masa itu yang masih mempraktekkan ajaran Hindhu.

Terkait dengan ‘keislaman’ Prabu Jayabaya, Serat Praniti Wakya menjelaskan bahwa raja Kediri tersebut telah berguru kepada Maulana Ngali Syamsujen yang berasal dari negeri Rum. Yang dimaksud dengan tokoh tersebut tentu adalah Maulana ‘Ali Syamsu Zein, seorang sufi yang kemungkinan besar berasal dari Damaskus. Pabu Jayabaya, digambarkan dalam Praniti Wakya sebagai sangat patuh menjalankan ajaran gurunya yang beragama Islam tersebut.

Lantas, apakah ‘keislaman’ Prabu Jayabaya yang hidup dalam atmosfer jaman kehindhuan ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai informasi yang shahih ? Hal ini merupakan persoalan yang sulit diverifikasi kebenarannya. Sebab tidak terlalu banyak bahan yang dapat digunakan untuk merekonstruksi kehidupan keagamaan pada masa hidup Prabu Jayabaya. Bahkan tidak sedikit yang menggambarkan bahwa sosok Prabu Jayabaya tidak lain hanya sekedar tokoh fiktif belaka. Penulisan beragam versi Jangka Jayabaya pun, umumnya berasal dari masa belakangan, dimana Islam telah berkembang sebagai ajaran masyarakat. Namun hal ini penting dimengerti, terutama bagi para da’i yang berdakwah kepada kaum kebatinan dan kejawen, bahwa klaim mereka tentang Jangka Jayabaya merupakan kitab milik kaum kebatinan dan kejawen adalah salah. Sebab kitab ini sesungguhnya kitab ini dihasilkan berdasarkan pengaruh ajaran Islam.

Terkait keberadaan penganut agama Islam pada masa yang diyakini sebagai ‘Jaman’ Jayabaya, bukan merupakan persoalan yang mustahil. Prabu Jayabaya diyakini hidup pada abad XII, pada masa antara tahun 1135 dan 1157 M.[5] Sedangkan pada masa sebelumnya, yaitu era pemerintahan Erlangga, abad XI, di Leran, sekitar 8 (delapan) kilometer dari Gresik, telah ditemukan batu nisan dari makam seorang bernama Fathimah binti Maimun bin Hibatullah yang memberikan informasi bahwa wanita yang diyakini beragama Islam tersebut meninggal pada tanggal 7 Rajab 475 H atau tahun 1082 M.[6] Bahkan menurut Prof. Dr. Hamka jauh-jauh hari sebelumnya, dalam catatan China, disebutkan bahwa raja Arab telah mengirimkan duta untuk menyelidiki seorang ratu dari Holing (Kalingga) yang bernama Ratu Shi Ma yang diyakini telah melaksanakan hukuman had. Ratu tersebut ditahbiskan antara tahun 674-675 M. Prof. Dr. Hamka menyimpulkan bahwa raja Arab yang dimaksud adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang hidup pada masa itu dan wafat pada 680 M.[7] Demikan juga hasil kesimpulan Seminar Masuknya Islam ke Indonesia menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pertama kali adalah abad I H atau abad VII-VIII M.[8]

Karya sastra yang ditulis pada masa yang diperkirakan sebagai era Jayabaya, juga memiliki kecenderungan terpengaruh oleh keberadaan ajaran Islam. Disertasi Dr. Sucipta Wiryosuparto menyebutkan bahwa Kakawin Gatutkacasraya karya Mpu Panuluh, banyak menggunakan kata-kata dari Bahasa Arab.[9] Penggunaan kosa kata Arab yang serupa juga dapat ditemukan dalam Serat Baratayuddha, karya bersama Mpu Panuluh dan Mpu Sedah. Tulisan pujangga yang demikian tentu tidak mungkin terjadi kecuali telah terjadi interaksi dengan penganut agama Islam. Hal ini membuktikan bahwa telah ada komunitas umat Islam di Tanah Jawa pada masa yang diyakini sebagai era Jayabaya. Dengan demikian dakwah kepada penguasa, termasuk kepada Prabu Jayabaya pun bukan merupakan perihal yang mustahil. Demikian juga tentang keislaman sang raja Jayabaya merupakan persoalan yang sangat mungkin terjadi. Apalagi Jangka Jayabaya seringkali disebut-sebut diturunkan dari sejumlah karya yang lebih tua.

Substansi Jangka Jayabaya

Boleh dikatakan bahwa hampir sebagian besar isi Serat Praniti Wakya berbicara tentang “masa depan” Pulau Jawa dalam visi Jayabaya. Namun bila dicermati lebih mendalam, akan nampak bahwa Serat Praniti Wakya banyak mengambil isnpirasi penulisan dari sumber-sumber Islam berupa Al Quran dan Hadits. Berita-berita tentang akhir jaman dari kedua pusaka umat Islam tersebut kemudian diolah dalam redaksi pengarang Serat Praniti Wakya (dalam hal ini diyakini sebagai karya R. Ng. Ranggawarsita). Sehingga sifat universal dari ajaran Islam tentang berita akhir jaman kemudian diterangkan dan diterapkan dalam lingkup Jawa. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ajaaran islam dalam Serat tersebut telah mengalami proses yang disebut ‘jawanisasi’. Namun demikian, substansi Islam itu sendiri masih nampak bersifat tetap dan tidak hilang.

Simak misalnya, penuturan Jayabaya tentang kiamat. Sang Prabu menyatakan bahwa kiamat adalah “kukuting djagad lan wiji kang gumelar iki, iku tekane djajal laknat …”.[10] Sorotan lain Serat Praniti Wakya juga membahas tentang pandangan Prabu Haji Jayabaya tentang akan datangnya Yakjuja wa Makjuja[11] (Ya’juj dan Ma’juj), kiamat kubra[12] (kiamat besar), lochil ma’pule[13] (lauh al mahfudz), dan lain sebagainya.

Konsep-konsep yang termuat dalam Serat Paraniti Wakya tersebut di atas jelas tidak dapat diingkari berasal dari ajaran Islam. Deskripsi beberapa terminologi Islam dalam Praniti Wakya sebagian memang tidak bersifat lugas dan jelas. Pembabakan Jaman menjadi 3 bagian seperti jaman kaliswara, kaliyoga, dan kalisengara jelas bukan merupakan visi ajaran Islam. Demikian juga beberapa ramalan tentang ‘akan’ munculnya sejumlah kerajaan di Jawa seperti Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang, Mataram, Kartasura, dan Surakarta. Namun hal tersebut bukan tidak dapat dijelaskan. Penjelasan pertama, sangat mungkin sang pengarang Praniti Wakya, yaitu R. Ng. Ranggawarsita bermaksud menggambarkan pemahaman sang tokoh Prabu Jayabaya secara apa adanya, yaitu seorang muslim yang masih hidup dalam atmosfer Hindhuisme. Namun dengan penjelasan kedua, hal tersebut bisa saja timbul dari pemikiran pengarang sendiri. Saat menulis sejumlah versi ramalan Jayabaya, jelas Ranggawarsita telah hidup pada masa dimana dia bisa mengikuti sejumlah perkembangan terkait jatuh bangunnya sejumlah kerajaan pada masa lampau, seperti Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang, dan seterusnya. Penjelasan awal tersebut memiliki konsekuensi memungkinkan terjadinya pembenaran bahwa Ramalan Jayabaya memang seolah terbukti akurat. Namun mengingat bahwa tidak ada catatan pasti yang menyatakan bahwa Prabu Jayabaya merupakan sosok yang memang ‘pintar’ meramal masa depan, maka penjelasan kedua ini lebih dapat digunakan sebagai argumentasi. Sedang terkait banyaknya konsep Islam dalam ramalan Jayabaya yang kadang terlihat ‘kurang’ islami lagi, mungkin hal ini disebabkan pemahaman R. Ng. Ranggawarsita yang kurang tuntas dalam memahami Syariat Islam.

Ranggawarsita pernah belajar di Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo, dibawah asuhan Kyai Hasan Bashori atau sering disebut Kyai Kasan Besari dalam lidah Jawa. Sebelum berangkat ke pondok, sebenarnya Ranggawarsita telah pandai membaca Al Quran. Oleh karena pengajaran awal di pondok Pesantren Tegalsari, adalah pelajaran tentang kajian Al Quran dan Fiqih maka Ranggawarsita menjadi jengkel. Bahkan untuk melampiaskan kekesalannya, dia sering keluar dari lingkungan pondok untuk berjudi mengadu ayam. Kyai Kasan Besari akhirnya mengetahui kekesalan Ranggawarsita, maka kepada sang Ranggawarsita kemudian diajarkan ilmu tassawuf.[14] Agaknya hal ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman syariat Ranggawarsita pada masa selanjutnya.

Sedangkan ‘ramalan’ bersifat futuristik yang seolah memiiliki kesesuaian dengan jaman yang diramalkan, hal tersebut bukannya tidak dapat dijelaskan. Misalnya ungkapan bahwa “… Nusa Jawa bakal kinalungan wesi” (Pulau Jawa akan dikalungi besi). Sebagian penafsir memaknai ungkapan tersebut berkaitan bahwa di Jawa akan timbul industrialisasi. Ada pula yang memaknai bahwa kalung besi yang dimaksud adalah penggambaran bentuk rel kereta api. Jika penafsiran ini benar, maka perlu diketahui bahwa Ranggawarsita hidup pada masa penjajahan Belanda, dimana pengaruh Belanda dalam lingkungan Keraton telah merasuk sedemikian kuatnya. Sedangkan di bumi Eropa sendiri, dimulai dari Perancis dan menyebar ke seluruh Eropa termasuk Belanda, telah mengalami Revolusi industri sehingga industrialisasi maupun transportasi darat menggunakan kereta api sudah umum keberadaannya. Cerita-cerita demikian tentu dapat didengar di wilayah Keraton yang secara intens terlibat dalam pergaulan bangsa Belanda. Sudah tentu dalam pandangan Ranggawarsita, jika Jawa berada dalam genggaman Belanda, maka tidak urung ‘kalung besi’ akan mengitari Jawa. Hal itu bisa berupa industrialisasi maupun wujud rel kereta api.

Menariknya, serat Praniti Wakya sebagai buah karya R. Ng. Ranggawarsita, mediskripsikan pandangan Prabu Jayabaya terhadap tradisi kepemimpinan pendeta. Telah banyak diketahui bahwa para pendeta dalam sistem kasta Hindhu memiliki strata kedudukan paling tinggi secara sosial. Lebih tinggi dari kasta para raja dan bangsawan yang masuk ke strata kedua, yaitu kasta Ksatria. Diceritakan bahwa setelah selesai belajar kepada Maulana ‘Ali Syamsu Zain, Prabu Jayabaya bersama putranya yang bernama Prabu Anom Jayamijaya berniat mengantar kepulangan sang guru ke negeri Rum hingga ke pelabuhan. Sepulang dari pelabuhan, Prabu Jayabaya dan putranya menyempatkan diri singgah dipertapaan seorang pendeta bernama Ajar Subrata, saudara seperguruan sang Prabu namun masih menganut ajaran Hindhu. Sang pendeta bermaksud mencobai Prabu Jayabaya yang dikenal sebagi titisan Bathara Wisnu dengan memberi suguhan berupa 7 (tujuh) jenis yaitu kunyit satu rimpang, jadah (makanan dari beras ketan ditumbuk) darah, kejar sawit, bawang putih, bunga melati, dan bunga seruni masing-masing satu takir (wadah yang dibuat dari daun pisang, biasanya untuk meletakkan sesaji).[15]

Suguhan tersebut bagi Prabu Jayabaya, memiliki makna tersandi atau arti tersembunyi yang berada disebalik suguhan tersebut. Apalagi Prabu Jayabaya dan Ajar Subrata pernah menjadi saudara seperguruan sehingga dimungkinkan mereka memiliki pengetahuan yang kurang lebih sama. Suguhan tersebut membuat sang Prabu sangat marah dan akhirnya membunuh sang pendeta sekaligus putrinya yang menjadi istri dari Prabu Anom Jayamijaya, putranya. Pasca peristiwa tersebut Jayabaya menerangkan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan untuk menghukum kekurangajaran sang pendeta yang secara tersandi berniat mengakhiri kekuasaan raja-raja di Jawa. Suguhan tersebut memiliki makna bahwa jika Prabu Jayabaya memakannya maka kekuasaan akan tetap berada ditangan pendeta dan jaman baru, termasuk di dalamnya berkembangnya ajaran Islam, tidak akan pernah terjadi.

Demikianlah pandangan Serat Praniti Wakya, bahwa Prabu Jayabaya adalah titisan Wisnu yang hanya tinggal dua kali akan turun ke Marcapada. Pasca Prabu Jayabaya, dikisahkan bahwa Wisnu akan menitis di Jenggala dan setelah itu tidak akan pernah menitis kembali serta tidak memiliki tanggung jawab lagi terhadap kemakmuran ataupun kerusakan bumi maupun alam ghaib.

“… Ingsun iki pandjenenganing Wisjnu Murti[16], kebubuhan agawe rahardjaning bumi, dene panitahingsun mung kari pindo, katelu ingsun iki, ing sapungkuringsun saka Kediri nuli tumitah ana ing Djenggala, wus ora tumitah maneh, karana wus dudu bubuhan ingsun, gemah rusaking djagad, lawan kahananing wus ginaib, ingsun wus ora kena melu-melu, tunggal ana sadjroning kakarahe guruningsun, …”[17]

Pernyataan di atas menggambarkan bahwa ajaran kedewaan dalam Hindhuisme tidak akan berlaku lagi pasca penitisan wisnu di Jenggala. Hal ini diperkuat pula bahwa pasca penitisan di Jenggala, Wisnu tidak akan memiliki tanggung jawab lagi terhadap keutuhan dunia nyata maupun dunia maya alam ghaib, termasuk alam kedewaan sekalipun. Dapat kita lihat pula bahwa pasca itu, Majapahit yang dianggap sebagai kerajaan tersohor di nusantara sekalipun ternyata sudah tidak melaksanakan ajaran Hindhu secara murni, namun menjalankan sinkertisme antara ajaran Syiwa dan Budha. Selanjutnya, jaman akan berubah menuju jaman Islam yang diisyaratkan bahwa semua keadaan akan menjadisatu dengan tongkat atau pegangan guru Jayabaya yang bernama Maulana ‘Ali Syamsu Zein. Bahkan secara tersirat Serat Praniti Wakya sebenarnya mencoba mengungkapkan bahwa Bathara Wisnu, Dewa yang masuk dalam Trimurti[18] dan memiliki tanggung jawab memelihara alam semesta, ternyata telah pula menerima ajaran Islam sebagai agamanya.

Penutup

Demikian sekilas gambaran tentang Serat Praniti Wakya Jangka Jayabaya. Kitab tersebut pada dasarnya merupakan buku yang mencoba untuk memberikan apresiasi terhadap keberadaan Islam di Pulau Jawa. Hatta, di dalamnya mengandung banyak hal-hal yang musykil dan seolah tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun dengan memandang kitab tersebut sebagai bagian dari proses dakwah di Pulau Jawa, maka perlu pula kaum muslimin mengkaji dan mengapresiasi serat tersebut. Sebab telah banyak kitab Jawa yang sebenarnya memiliki nafas Islam secara kental, namun diklaim sebagi kitab Hindhu maupun kebatinan. Hal ini sudah tentu disebabkan kepedulian umat Islam yang masih minim dan sekaligus kurangnya pengetahuan terhadap naskah-naskah lama karya pujangga. Juga mengindikasikan bahwa kajian keilmuan dikalangan umat Islam, saat ini, masih belum membudaya.

Serat Praniti Wakya Jangka Jayabaya, karya seorang pujangga R. Ng. Ranggawarsita, seolah merupakan bentuk sinkretis perpaduan antara Islam dan kejawen. Akan tetapi nampak bahwa ajaran Islam lebih dominan sebagai substansi. Sedangkan ‘kejawen’ sendiri terposisikan sebagai kulit luar dari bentuk pemikiran Jawa yang telah terisi dengan ruh Islam.

Selanjutnya, jika pembaca termasuk ke dalam kelompok kalangan yang mempercayai ramalan Jayabaya sebagai ramalan yang memiliki akurasi tinggi, maka bersegeralah kembali kepada Islam dan sumber-sumbernya berupa Al Quran dan Ash Shunnah. Sebab, hakikatnya “ramalan” Jayabaya merupakan bagian dari upaya memahami Islam melalui proses pencarian panjang yang belum selesai. Sedangkan bagi kalangan yang menolak sebelum mengkaji hal ini sebelumnya, maka hendaknya akan dapat mengubah sikap terhadap pemahaman hakikat segala sesuatu. Bahwa sahnya sebuah amalan adalah pasca terbitnya sebuah kepahaman mendalam.

Footnote

[1] Moh. Hari Soewarno. Ramalan Jayabaya Versi Sabda Palon. (PT. Yudha Gama Corp, Jakarta, 1982). Hal.

[2] Noname. Serat Praniti Wakja Djangka Djojobojo. (Penerbit Keluarga Soebarno, Surakarta, tth). Hal. 5

[3] Moh. Hari Soewarno. Ramalan Jayabaya …. Opcit. Hal. 20

[4] Noname. Serat Praniti Wakja … Opcit. Hal. 5. Artinya : Sedang yang menjadi pembuka cerita adalah beliau Prabu Haji Jayabaya, raja yang seperti Dewa, yang disebut ratu adil, populer di dunia sebagai titisan Dewa Wisnu.

[5] Moh. Hari Soewarno. Ramalan Jayabaya … Opcit. Hal. 16

[6] Moh. Hari Soewarno. Ramalan Jayabaya … Opcit. Hal15-16. Juga M. C. Ricklefs. A History of Modern Indonesia. (Macmillan Education Ltd, London and Hampshire, 1981. Edisi Indonesia :Sejarah Indonesia Modern. Terjemah oleh Drs. Dharmono Hardjowidjono. Cetakan II. (Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1992). Hal. 3-4

[7] Prof. Dr. Hamka. Sejarah Umat Islam. Edisi Baru. Cetakan V. (Pustaka Nasional Ltd, Singapura, 2005). Hal. 671-673

[8] Panitia Seminar Masuknya Islam ke Indonesia. Risalah Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia: Kumpulan Pidato dan Pendapat Para Pemimpin, Pemrasaran, dan Pembanding dalam Seminar tanggal 17 Sampai 20 Maret 1963 di Medan. (Panitia Seminar Masuknya Islam ke Indonesia, Medan, 1963). Hal. 265

[9] Selengkapnya tentang kata-kata Bahasa Arab dalam Kakawain Gathutkacasraya lihat Prof. Dr. Sucipta Wiryosuparto. Kakawin Gatutkaca Craya. (Disertasi Universitas Indonesia, Jakarta, 1960).

[10] Noname. Serat Praniti Wakja …Opcit. Hal. 28. Artinya: Kiamat adalah hancurnya dunia dan benih (kehidupan) yang terhampar ini, itu (ditandai) dengan datangnya Dajjal laknat …

[11] Noname. Serat Praniti Wakja …Opcit. Hal. 29

[12] Noname. Serat Praniti Wakja …Opcit. Hal. 30

[13] Noname. Serat Praniti Wakja …Opcit. Hal. 31

[14] Moh. Hari Soewarno. Serat Darmogandul dan Suluk Gatoloco Tentang Islam. (PT. Antar Surya Jaya, Surabaya, 1985). Hal. 16-17. Buku ini menurut penulis banyak memiliki kelemahan dari sisi data, analisa, dan metodologi terutama dalam membahas tentang Serat Darmagandul dan Suluk Gatoloco.

[15] Noname. Serat Praniti Wakja …Opcit. Hal. 19-20

[16] Istilah Wisnu Murti menunjukkan salah satu nama penitisan Dewa Wisnu dalam tiap-tiap masa dalam pandangan masyarakat Jawa pra-Islam. Dalam dunia pewayangan Jawa, terutama kisah Ramayana, penitisan Wisnu menjelma menjadi Ramawijaya dan Laksmana. Pada ramawijaya menitis Wisnu Purba (baca : purbo yang “artinya memiliki wewenang”). Sedangkan pada diri Laksmana menitis Wisnu Sejati. Sedangkan pada era Mahabarata Wisnu Murti pernah menitis pada tokoh Kresna dan Arjuna. Sedangkan dalam Lakon wayang Wahyu Purba Sejati, digambarakan bahwa setelah meninggalnya Ramawijaya dan Laksmana, tokoh dari era Ramayana. Kemudian Wisnu Purba menitis pada tokoh Kresna dan Wisnu Sejati menitis pada Arjuna di era Mahabarata. Namun kisah lain menyebutkan bahwa Wisnu Sejati kemudian merasa tidak betah berada dalam tubuh Arjuna, sebab sebelumnya tokoh Laksmana terkenal sebagai karakter wayang yang menjalani hidup wadat (selibat=tidak menikah). Sedangkan Arjuna memiliki istri banyak. Dengan demikian Kresna, Raja Dwarawati atau Dwaraka, mendapat dua penitisan sekaligus yaitu Wisnu Murti dan Purba. Sedangkan Arjuna hanya merupakan penjelmaan Wisnu Murti.

[17] Noname. Serat Praniti Wakja …Opcit. Hal. 21-22. Artinya: “…aku ini adalah Wisynu Murti, berkewajiban membuat kesejahteraan di bumi, dan penitisanku dibumi tinggal tersisa dua kali, penitisan ketiga adalah diriku ini, sedangkan selanjutnya di Jenggala, pasca itu aku sudah tidak menitis sebagi manusia lagi, sebab hal itu bukan tanggungjawabku lagi, makmur atau rusaknya dunia serta keadaan alam ghaib, aku sudah tidak boleh campur tangan, semuanya sudah menjadi tanggung jawab sesuai tongkat yang dimiliki guruku .”

[18] Trimurti merupakan ajaran Hindhu yang menyebutkan bahwa terdapat tiga unsur ketuhanan yaitu Brahma, Wisnu, Syiwa, dan Wisnu. Brahma berperan sebagai pencipta alam raya, sedang Wisnu menjadi pemelihara, dan syiwa adalah anasir kekuatan perusak alam semesta. (nusadwipa.blogspot.com)

 

Rekomendasi 3